Senin, 14 Juni 2010

Caries Dentis

A. DEFINISI
karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi (email, dentin dan sementum) yang bersifat kronik progresif dan disebabkan aktivitas jasad renik dalam karbohidrat yang dapat diragikan. Ditandai dengan demineralisasi jaringan keras dan diikuti kerusakan zat organiknya.
Karies Gigi (Kavitasi) adalah daerah yang membusuk di dalam gigi, yang terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi.
B. GEJALA DAN TANDA
Tanda-tanda yang didapat pada karies
• Perubahan warna pada gigi (coklat/hitam), terdapat lubang, Nyeri
• Terasa ngilu bila lobang termasuki makanan yang sifatnya manis, terangsang panas atau dingin.
C. PENYEBAB
Ada 4 faktor penting penyebab timbulnya karies
• Plak Gigi
• Karbohidrat
• Permukaan gigi yang rentan
• Waktu: Kemampuan saliva untuk meremineratisasi selama proses karies, menandakan bahwa proses tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti, sehingga bila saliva berada di dalam tingkungan gigi, maka karies tidak akan menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun.
D. TERAPI
1. Penambalan: bertujaun mencegah karies lebih lanjut, Bahan yan g digunakan adalah amalgam, composite resin &glas isomer.penambalan dengan inlay juga dapat dilakukan
2. Perawatan Saluran Akar (PSA): Dilakukan bila sudah terjadi pulpitis (radang pulpa gigi) kemudian dilakukan restorasi yang di sebut ONLAY
3. Ekstraksi Gigi (pencabutan gigi): merupakan langkah terakhir dan dilakukan bila gigi sudah sangat rusak, bila gigi sudah di cabut bias di pasang gigi palsu (denture), implant atau jembatan (brigde)

E. KOMPLIKASI
1. Dental abses (radang gigi)
2. Abses gingival (radang Gusi)
3. Pulpitis kronik (Radang pada Pulpa)

F. PENCEGAHAN

1. Menjaga kesehatan gigi dan mulut ( oral hygiene) dengan baik
• Sikat gigi yang benar dan teratur
• Flosing (membersihkan plak dengan benang gigi )
• Mouth wash (cuci mulut)
• Dental cek up ( 1 thn 2X)
2. Diet rendah karbohidrat
3. Fluorid
Melalului pasta gigi, mautwash, Suplement, air minum.


G. SUMBER REFERENSI
1. Lehner T. Immunologi of Dental Caries in: T. Immunologi of Oral Disease. 3th ed London: Blackwell Scientific Publocation, 1993;68-97
2. http://medicastore.com/penyakit/140/Karies_Gigi_Kavitasi.html

Stomatitis (Sariawan)

A. DEFINISI
Stomatitis aphtosa atau sariawan adalah radang yang terjadi di daerah mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung, bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok.
B. GEJALA DAN TANDA
Gejalanya berupa rasa panas atau terbakar yang terjadi satu atau dua hari yang kemudian bisa menimbulkan luka (ulser) di rongga mulut. Bercak luka yang ditimbulkan akibat dari sariawan ini agak kaku dan sangat peka terhadap gerakan lidah atau mulut sehingga rasa sakit atau rasa panas yang dirasakan ini dapat membuat kita susah makan, susah minum, ataupun susah berbicara. Penderita penyakit ini biasanya juga banyak mengeluarkan air liur. Biasanya sariawan ini akan sembuh dengan sendirinya adalam waktu empat sampai 20 hari. Bila penyakit ini belum sembuh sampai waktu 20 hari maka penderita harus diperiksa lebih lanjut untuk menentukan apakah ada sel kankernya atau tidak. Pada stomatitis aphtosa yang berat, dapat digunakan suatu alat pelindung mulut yang bersih dengan pengolesan anestetik lokal dibawah alat tersebut.
C. PENYEBAB
Ada beberapa faktor-faktor penyebab yang dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa ini, diantaranya:
1. Hal pertama yang harus dipikirkan adalah keadaan gigi bagi si pasien, karena higiene gigi yang buruk sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang.
2. Luka tergigit, bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan ulsersehingga dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa.
3. Mengkonsumsi air dingin atau air panas.
4. Alergi, bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa jenis makanan dan timbulnya ulser. Gejala timbul biasanya segera setelah penderita mengkonsumsi makanan tersebut
5. Faktor herediter bisa terjadi, misalnya kesamaan yang tinggi pada anak kembar, dan pada anak-anak yang kedua orangtuanya menderita stomatitis aphtosa.
6. Kelainan pencernaan Gangguan saluran pencernaan, seperti Chorn disease, kolitis ulserativ, dan celiac disease sering disertai timbulnya stomatitis apthosa.
7. Faktor psikologis (stress), diduga berhubungan dengan produksi kortison di dalam tubuh.
8. Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi). Terbentuknya stomatitis aphtosa ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa penderita wanita.
9. Pada penderita yang sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari sariawan. Pambentukan stomatitis aphtosa yang dahulunya perokok, bebas simtom ketika kebiasaan merokok dihentikan.
10. Jamur, namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem pertahanan tubuh (imuno). Berasal dari kadar imunoglobin abnormal
11. Pada penggunaan obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering (misal,alkohol, lemon/ gliserin) harus dihindari.
12. Sedangkan sariawan yang dikarenakan kekurangan vitamin C sangat mungkin terjadi, karena bagi si pasien yang kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan jaringan dimukosa mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah robek yang akhirnya mengakibatkan sariawan
13. Kekurangan vitamin B dan zat besi juga dapat menimbulkan sariawan.. Namun kondisi seperti itu dapat diatasi dengan sering memakan buah ataupun makan sayur-sayuran. Penyakit yang menjangkit ini biasanya dapat menyerang siapa saja dan tidak mengenal umur maupun jenis kelamin, termasuk pada bayi yang masih berusia 6-24 bulan.
D. TERAPI
Dalam mengatasi sariawan ini, dapat menggunakan beberapa jenis obat, baik dalam bentuk salep (yang mengandung antibiotika dan penghilang rasa sakit), obat tetes, maupun obat kumur. Jika sariawan sudah terlalu parah, bisa digunakan antibiotika dan obat penurun panas (bila sudah kronis disertai dengan demam).
E. KOMPLIKASI
Stomatitis jarang menyebabkan komplikasi yang serius namun dapat terjadi infeksi luas di daerah bibir dan rongga mulut seperti abses/radang
Dampak gangguan pada kebutuhan dasar manusia
- Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak teratur
- Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
- Pola Hygiene : kurang menjaga kebersihan mulut
- Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah perih
F. PENCEGAHAN
Dengan mengetahui penyebabnya, kita diharapkan dapat menghindari terjadinya stomatitis (sariawan) ini, diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama pada makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi. Selain itu, anda juga dianjurkan untuk menghindari stress. Namun bila sariawan selalu hilang timbul, anda dapat mencoba dengan kumur-kumur air garam hangat dan berkonsultasi dengan dokter gigi dengan meminta obat yang tepat sariawannya. Ada beberapa usaha lain yang dilakukan untuk mencegah munculnya sariawan. Misalnya, menjaga kesehatan umum terutama kesehatan pada mulut, menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigit makanan, menghindari pasta gigi yang merangsang, menghindari kondisi stress, menghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, sering mengkonsumsi buah dan sayuran, terutama vitamin B, vitamin C, dan zat besi; serta menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut.
G. SUMBER REFERENSI
1. Kapita selekta kedokteran,, jilid 1, media Aesculapius FKUI 1999
2. Regezi JA, Sciubba JJ. Oral Pathology: Clinical Pathologic Corelations. Philadelpia, London, Toronto, Montreal, Tokyo: W.B Saunders Company., 1989; 46-53
3. Roeslan BO. Imunologi oral: Kelainan didalam Rongga Mulut. Jakarta: Balai penerbit FKUI., 2002

Tonsilitis (amandel)

Tonsilitis (amandel)

A. DEFINISI

Tonsilitis adalah suatu peradangan pada tonsil (amandel).

B. GEJALA DAN TANDA

Gejalanya berupa nyeri tenggorokan yang semakin parah jika penderita menelan.
Nyeri seringkali dirasakan di telinga karena tenggorokan dan telinga memiliki persarafan yang sama. Anak-anak yang lebih kecil biasanya tidak mengeluhkan tenggorokannya nyeri, tetapi mereka tidak mau makan. Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala dan muntah.

C. PENYEBAB

1. Streptokokus Beta Hemolitikus

2. Streptokokus Viridan

3. Streptokokus pyogen

4. Virus Influensa

Menular melalui skret hidung dan ludah

D. TERAPI

Penanganan dengan tonsilitis adalah :

1. Penatalaksanaan medis

· antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin, eritromisin dll

· Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.

· Analgesik

2. Bedah (tonsilektomi)

Indikasi tonsilektomi :

· Infeksi berulang & kronis.

· Terjadi gejala sumbatan.

· Curiga neoplasma : tumor jinak & tumor ganas ?

· Infeksi berulang dan kronis yang menjadi indikasi tonsilektomi antara lain :

a. nfeksi telinga tengah yang berulang.

b. Rinitis & sinusitis kronis.

c. Abses peritonsil & abses kelenjar limfe leher berulang.

d. Tonsilitis kronis dengan nyeri tenggorok yang menetap dan napas berbau.

e. Tonsil sebagai fokal infeksi dari organ lain.

Gejala sumbatan sebagai indikasi tonsilektomi antara lain :

· Sumbatan jalan napas akibat hiperplasia tonsil.

· Sleep apnea.

· Gangguan menelan dan berbicara.

· Cor pulmonale.

E. KOMPLIKASI

Gangguan tonsilitis dapat menyebar dan menimbulkan komplikasi melalui perkontinuitatum (saluran yang berhubungan), hematogen (melalui darah) atau limfogen (Kelenjar linfa). Penyebaran perkontinuitatum dapat menimbulkan rinitis kronis, sinusitis, dan otitis media. Penyebaran hematogen atau limfogen dapat menyebabkan endokarditis, artritis, miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis, urtikaria, furunkulosis, dan pruritus.

F. PENCEGAHAN

Beberapa upaya yang dapat kita lakukan sendiri dirumah untuk pencegahan, perawatan dan pengobatannya dilakukan beberapa langkah sebagai berikut :

· Diusahakan untuk minum banyak air atau cairan seperti sari buah, terutama selama demam.

· Jangan minum es, sirop, es krim, makanan dan minuman yang didinginkan, gorengan, makanan awetan yang diasinkan, dan manisan.

· Berkumur air garam hangat 3-4 kali sehari.

· Menaruh kompres hangat pada leher setiap hari.

· Diberikan terapi antibiotik (atas petunjuk dokter) apabila ada infeksi bakteri dan untuk mencegah komplikasi.

· Istirahat yang cukup.

G. SUMBER REFERENSI

1. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

2. Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999

3. Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001

4. R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ; 1997

5. Rusmarjono & Efiaty Arsyad Soepardi. Penyakit Serta Kelainan Faring & Tonsil dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT (editor). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.

Sabtu, 12 Juni 2010

Serumen Prop

Gangguan telinga yang umum dialami oleh semua orang adalah ambang pendengaran yang berkurang akibat penumpukkan serta pengerasan serumen di antara telinga sampai dengan gendang telinga atau selaput Timpani. Akibat dari penumpukkan serumen ini bila segera dibersihkan akan mengakibatkan terjadinya infeksi.
Untuk mengatasi gangguan tersebut diperlukan suatu tindakan untuk membersihkan serumen,yang biasa dilakukan oleh Dokter THT, disamping tindakan tersebut ada tindakan yang biasa dilakukan oleh perawat atas instruksi Dokter yaitu Tindakan Spooling Telinga.
Dalam melakukan tindakan Spooling ada beberapa hal yang harus diketahui oleh perawat sebelum melakukan tindakan keperawatan, antara lain :

1. Pasien tidak mempunyai riwayat sakit telinga (Infeksi telinga) yang menyebabkan rupture gendang telinga.
2. Pasien tidak sedang mengalami sakit telinga.

Prosedur Tindakan Spooling (Irigasi) telinga adalah ;

Persiapan Alat :
1. Alat Spooling atau Spuit 20 cc.
2. Kom berisi airhangat kuku secukupnya.
3. Bengkok untuk menampung kotoran telinga.
4. Handuk sebagai alas pelindung .
5. Sarung tangan disposable.
6. Otoscope
7. Cotton bud secukupnya.
8. Cairan NaCl hangat.
9. Cairan H2O2 3 %.dalam tempatnya.


Persiapan pasien :
1. Jelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan, dan minta kepada pasien agar bersikap kooperatif.
2. Posisikan pasien dengan terlentang dan kepala miring ke sisi berlawanan dengan telinga yang akan dibersihkan
Tindakan :
1. Tetesi telinga pasien dengan H2O2 3 %
2. Tunggu sampai kotoran hancur atau larut kira-kira 10 – 15 menit.
3. Tempatkan bengkok dibawah telinga yang dibersihkan, dan beri alas handuk untuk mencegah tetesan air mengenai pasien.
4. Perintahkan pasien agar bangun dan duduk tegak
5. Semprot telinga pasien dengan Cairan NaCl hangat secara perlahan sampai telinga bersih.
6. Rapihkan peralatan dan kembalikan ketempat semula

Otitis Media Akut


DEFINISI
Otitis Media Akut adalah infeksi telinga tengah oleh bakteri atau virus.

Otitis media akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak terutama usia 3 bulan- 3 tahun.

PENYEBAB
Penyebabnya adalah bakteri atau virus.

Biasanya penyakit ini merupakan komplikasi dari infeksi saluran pernafasan atas (common cold).
Virus atau bakteri dari tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah melalui tuba eustakius atau kadang melalui aliran darah.

Otitis media akut juga bisa terjadi karena adanya penyumbatan pada sinus atau tuba eustakius akibat alergi atau pembengkakan amandel.

GEJALA
Biasanya gejala awal berupa sakit telinga yang berat dan menetap.
Bisa terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara.

Anak-anak yang lebih muda bisa mengalami mual, muntah, diare dan demam sampai 40,5? Celsius.

Gendang telinga melami peradangan dan menonjol.
Jika gendang telinga robek, akan keluar cairan yang pada awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan jernih dan akhirnya berupa nanah.


KOMPLIKASI

Komplikasi yang serius adalah:
  • Infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
  • Labirintitis (infeksi pada kanalis semisirkuler)
  • Kelumpuhan pada wajah
  • Tuli
  • Peradangan pada selaput otak (meningitis)
  • Abses otak.

    Tanda-tanda terjadinya komplikasi:
    - sakit kepala
    - tuli yang terjadi secara mendadak
    - vertigo (perasaan berputar)
    - demam dan menggigil.

  • DIAGNOSA
    Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga dengan otoskop.

    Untuk menentukan organisme penyebabnya dilakukan pembiakan terhadap nanah atau cairan lainnya dari telinga.

    PENGOBATAN
    Infeksi diobati dengan antibiotika per-oral (melalui mulut).
    Pilihan pertama adalah amoxicillin, tetapi untuk penderita dewasa bisa diberikan penisilin dosis tinggi.

    Obat flu yang mengandung phenilephrine bisa membantu membuka tuba eustakius dan jika terdapat alergi bisa diberikan antihistamin.

    Miringotomi dilakukan jika nyerinya menetap atau hebat, demam, muntah atau diare atau jika gendang telinga menonjol.
    Pada prosedur ini dibuat sebuah lubang pada gendang telinga untuk mengeluarkan cairan dari telinga tengah. Pembuatan lubang ini tidak akan mengganggu fungsi pendengaran penderita dan nantinya akan menutup kembali dengan sendirinya.

    Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

    Oleh : Muhammad al-Fatih II
    Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah otitis media yang berlangsung lebih 2 bulan karena infeksi bakteri piogenik dan ditandai oleh perforasi membran timpani dan pengeluaran sekret. Dulu kita kenal sebagai otitis media perforata (OMP). Orang awam biasa menyebutnya congek.

    Ada 3 tipe perforasi membran timpani berdasarkan letaknya, yaitu :

    Perforasi sentral (sub total). Letak perforasi di sentral dan pars tensa membran timpani. Seluruh tepi perforasi masih mengandung sisa membran timpani.
    Perforasi marginal. Sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sulkus timpanikum.
    Perforasi atik. Letak perforasi di pars flaksida membran timpani.
    Sekret yang keluar dari telinga tengah ke telinga luar dapat berlangsung terus-menerus atau hilang timbul. Konsistensinya bisa encer atau kental. Warnanya bisa kuning atau berupa nanah.

    Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan kelanjutan dari otitis media supuratif sub akut dan otitis media supuratif akut (OMA). Hal ini disebabkan oleh :

    Terapi. Terapi lambat diberikan atau terapi tidak adekuat.
    Kuman. Virulensi kuman tinggi.
    Pertahanan. Daya tahan tubuh rendah akibat gizi kurang.
    Higiene. Higienitas yang buruk.
    Jenis otitis media supuratif kronik (OMSK), yaitu :

    Otitis media supuratif kronik (OMSK) benigna / mukosa / aman.
    Otitis media supuratif kronik (OMSK) maligna / tulang / bahaya.
    Otitis media supuratif kronik (OMSK) aktif. Sekret keluar dari kavum timpani.
    Otitis media supuratif kronik (OMSK) tenang. Kavum timpani basah atau kering.
    Tabel Perbedaan Antara Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) Benigna & Maligna

    Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) Benigna Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) Maligna
    Proses peradangan terbatas pada mukosa. Proses peradangan tidak terbatas pada mukosa.
    Proses peradangan tidak mengenai tulang. Proses peradangan mengenai tulang.
    Perforasi membran timpani tipe sentral. Perforasi membran timpani paling sering tipe marginal & atik. Kadang-kadang tipe sub total (sentral) dengan kolesteatoma.
    Jarang terjadi komplikasi yang berbahaya. Sering terjadi komplikasi yang berbahaya.
    Kolesteatoma tidak ada. Kolesteatoma ada.

    Terapi Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

    Terapi otitis media supuratif kronik (OMSK) memiliki beberapa kesulitan. Diantaranya membutuhkan waktu yang lama, gejala sering berulang, sekret yang keluar tidak cepat kering dan sekret yang selalu kambuh. Masalah ini dapat disebabkan :

    Perforasi membran timpani. Perforasi membran timpani yang permanen menyebabkan telinga tengah terpapar langsung & terus-menerus oleh dunia luar.
    Sumber infeksi. Sumber infeksi yang masih ada dapat terjadi pada nasofaring, faring, hidung dan sinus paranasalis.
    Jaringan patologik. Jaringan patologik yang ireversibel telah terbentuk dalam rongga mastoid.
    Gizi & higiene. Status gizi dan higiene pasien yang kurang.
    Terapi otitis media supuratif kronik (OMSK) tergantung dari jenisnya. Prinsip terapi otitis media supuratif kronik (OMSK) benigna dengan cara konservatif (medikamentosa) sedangkan otitis media supuratif kronik (OMSK) maligna dengan cara pembedahan.

    Ada 3 cara terapi konservatif (medikamentosa) otitis media supuratif kronik (OMSK) benigna, yaitu :

    Obat pencuci telinga. Bahannya H2O2 3%. Berikan selama 3-5 hari. Pengobatan ini kita berikan bila sekret telinga keluar terus-menerus.
    Obat tetes telinga. Lanjutkan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik & kortikosteroid setelah sekret yang keluar telah berkurang. Jangan berikan selama lebih 1-2 minggu secara berturut-turut. Juga hindari pemberiannya pada otitis media supuratif kronik (OMSK) tenang. Hal ini disebabkan semua antibiotik tetes telinga bersifat ototoksik.
    Obat antibiotik. Berikan antibiotik oral golongan ampisilin atau eritromisin sebelum hasil tes resistensi obat kita terima. Berikan eritromisin jika pasien alergi terhadap golongan penisilin. Berikan ampisilin asam klavulanat bila terjadi resistensi ampisilin.
    Selain terapi konservatif (medikamentosa), tindakan pembedahan dapat pula kita lakukan pada otitis media supuratif kronik (OMSK) benigna. Tindakan ini disebut miringoplasti atau timpanoplasti. Tujuannya antara lain :

    Menghentikan infeksi permanen.
    Mencegah komplikasi dan kerusakan pendengaran yang lebih berat.
    Memperbaiki perforasi membran timpani dan fungsi pendengaran.
    Miringoplasti dan timpanoplasti kita lakukan jika sekret telah kering namun perforasi membran timpani masih ada. Juga setelah kita melakukan observasi selama 2 bulan.

    Tanda yang menunjukkan adanya sumber infeksi, yaitu :

    Sekret masih ada.
    Infeksi berulang.
    Cara mengatasi sumber infeksi, yaitu :

    Pengobatan.
    Pembedahan : adenoidektomi & tonsilektomi.
    Tindakan pembedahan pada otitis media supuratif kronik (OMSK) maligna yang sering dilakukan yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Adapun terapi konservatif (medikamentosa) hanya bersifat sementara dan kita berikan sebelum melakukan tindakan pembedahan. Jika abses subperiosteal retroaurikuler ada, lakukan insisi abses diwaktu yang berlainan, sebelum melakukan operasi mastoidektomi.

    Daftar Pustaka

    Sosialisman & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT (editor). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.

    Word of the Day

    Article of the Day

    This Day in History

    Today's Birthday

    In the News

    Quote of the Day

    Spelling Bee
    difficulty level:
    score: -
    please wait...
     
    spell the word:

    Match Up
    Match each word in the left column with its synonym on the right. When finished, click Answer to see the results. Good luck!

     

    Hangman
     
    powered by Blogger